NAMA :
FARADILLAH LAMIRA
KELAS :
1EB09
NPM :
28211317
BAB
6
Peran
Sektor Luar Negeri Pada Perekonomian
- Perdagangan Antar Negara
Perdagangan
Antar Negara atau yang sering disebut dengan Perdagangan internasional
adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu Negara melakukan perdagangan internasional
- Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
- Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
- Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
- Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.
- Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
- Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
- Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
- Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
Peranan perdagangan luar negeri bagi Indonesia
Menurut Sadono Sukirno,
- Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri
sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
- Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
- Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
- Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
Kebijaksanaan
perdagangan luar negeri dari Pelita ke Pelita berikutnya
- Pelita I (1 April 1969 - 31 Maret 1974)
Menjadi
landasan awal pembangunan masa Orde Baru.
Tujuan
Pelita I adalah meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan
dasar-dasar bagi pembangunan tahap berikutnya.
Sasarannya
adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana perumahan rakyat, perluasan
lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Titik
beratnya adalah pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk
mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian,
karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Muncul
peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16
Januari 1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia.
Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut
Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang
Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan
pembakaran barang-barang buatan Jepang.
- Pelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979)
Sasaran
utama Pelita II ini adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana
prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.
Pelaksanaan
Pelita II dipandang cukup berhasil. Pada awal pemerintahan Orde Baru inflasi
mencapai 60% dan pada akhir Pelita I inflasi berhasil ditekan menjadi 47%. Dan
pada tahun keempat Pelita II inflasi turun menjadi 9,5%.
- Pelita III (1 April 1979 - 31 Maret 1984)
Pelaksanaan
Pelita III masih berpedoman pada Trilogi Pembangunan, yang isinya:
a. Pemeratan pembangunan dan
hasil-hasilnya menuju kepadaterciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Dengan
titik berat pembangunan adalah pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur
Pemerataan, yaitu:
·
Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat,
khususnya sandang, pangan, dan perumahan
·
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
pelayanan kesehatan
·
Pemerataan
pembagian pendapatan
·
Pemerataan
kesempatan kerja
·
Pemerataan
kesempatan berusaha
·
Pemerataan
kesempatan berpartisipasi dalam pembangunankhususnya bagi generasi muda
dan kaum perempuan
·
Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah
tanah air
·
Pemerataan
kesempatan memperoleh keadilan
- Pelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989)
Titik
berat Pelita IV ini adalah sektor pertanian untuk menuju swasembada pangan, dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industry sendiri. Dan di
tengah berlangsung pembangunan pada Pelita IV ini yaitu awal tahun 1980 terjadi
di resesi. Untuk mempertahankan kelangsungan pembangunan ekonomi, pemerintah
mengeluarkan keijakan moneter dan fiskal. Dan pembangunan nasional dapat
berlangsung.
- Pelita V (1 April 1989 sampai 31 Maret 1994)
Titik
beratnya terdapat pada sektor pertanian dan industri. Pada masa itu kondisi
ekonomi Indonesia berada pada posisi yang baik, dengan pertumbuhan ekonomi
sekitar 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran
yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.
- Pelita VI (1 April 1994 sampai 31 Maret 1999)
Titik
berat pada Pelita VI ini ditekankan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan
industri dan pertanian, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya.
Sektor
ekonomi dipandang sebagai penggerak pembangunan. Namun pada
periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam
negeri yang mengganggu perekonomian telah menyebabkan proses pembangunan
terhambat, dan juga menyebabkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru.
- Hambatan Perdagangan Antar Negara
Hambatan
perdagangan adalah regulasi atau peraturan pemerintah yang
membatasi perdagangan bebas.
Bentuk-bentuk hambatan perdangangan antara lain:
- Tarif atau bea cukai. Tarif adalah pajak produk impor.
- Kuota. Kuota membatasi banyak unit yang dapat diimpor untuk membatasi jumlah barang tersebut di pasar dan menaikkan harga.
- Subsidi. Subsidi adalah bantuan pemerintah untuk produsen lokal. Subsidi dihasilkan dari pajak. Bentuk-bentuk subsidi antara lain bantuan keuangan, pinjaman dengan bunga rendah dan lain-lain.
- Muatan lokal.
- Peraturan administrasi.
- Peraturan antidumping.
3.
Neraca Pembayaran Luar Negeri Indonesia
Neraca pembayaran luar negeri
Indonesia juga merupakan suatu bentuk pelaporan yang sisitematis mengani segala
transaksi ekonomi yang diakibatkan oleh adanya kebijaksanaan dan kegiatan
ekonomi di sektor luar negeri. Dengan demikian dalam neraca ini juga terdapat
pos yang merupakan arus dana masuk (umumnya ditandai dengan +) dan pos yang
merupakan arus dana keluar (ditandai dengan -).
Namun demikian secara singkat
pos-pos dalam neraca pembayaran luar negeri Indonesia tersebut dapat
dikelompokkan pos-pos dalam neraca luar negeri Indonesia tersebut dapat
dikelompokan ke dalam berikut ini :
·
Neraca
Perdagangan merupakan kelompok transaksi-transaksi yang berkaitan dengan kegiatan
ekspor dan impor barang, baik migas maupun non-migas.
·
Neraca Jasa merupakan kelompok transaski-transaksi
yang berkaitan dengan kegiatan ekspor impor di bidang jasa.
·
Neraca berjalan merupakan hasil penggabungan
antara neraca perdagangan dan neraca jasa. Jika lebih banyak pos arus kas
masuknya (ekspor) maka nilai neraca berjalan ini akan surplus, begitu pula
sebaliknya.
·
Neraca
lalu-lintas modal merupakan kelompok pos-pos yang berkaitan dengan lalu-lintas
modal pemerintah bersih (selisih anatar pinjaman dan pelunasan hutang pokok)
dan lalu-lintas modal swasta bersih, berikut lalu-lintas modal bersih lainnya
yang merupakan selisih penerimaan penanaman modal asing dengan pembayaran BUMN.
·
Selisih
yang belum diperhitungkan
·
Neraca
lalu lintas moneter, yang merupakan kelompok pos-pos yang berkaitan dengan
perubahan cadangan devisa
4. Peran Kurs Valuta Asing
Kurs valuta
asing sering diartikan sebagai banyaknya nilai mata uang suatu negara (rupiah
misalnya) yang harus dikorbankan atau dikeluarkan untuk mendapatkan satu unit
mata uang asing (dolar).
Masalah kurs valuta asing mulai
muncul ketika transaksi ekonomi sudah mulai melibatkan dua negara (mata uang)
atau lebih, tentunya sebagi alat untuk menjembatani perbedaan mata uang
dimasing-masing negara.
Beberapa istilah yang biasanya berkaitan dengan kurs valuta asing tersebut yaitu:
Defresiasi : Turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
Afresiasi : Naiknya nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing. Dengan demikian jika rupiah mengalami defresiasi (mengalami penurunan
nilai maka mata uang dolar akan mengalami afresiasi.
Spot rate : Nilai tukar yang masa berlakunya hanya
dalam waktu 2×24 jam saja. Sehingga jika sudah melewati batas waktu diatas maka
nilai tukar tersebut sudah tidak berlaku lagi.
REFERENSI
http://marchtavaissta.wordpress.com/2012/06/01/peran-sektor-luar-negeri-pada-perekonomian-indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hambatan_perdagangan
http://putrioktavianii.blogspot.com/2012/05/peran-sektor-luar-negeri-pada.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional#Manfaat_perdagangan_internasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar